Soulmate?

Author: Rizka Sonnia Haliman /

Bicara tentang soulmate. Belahan jiwa. Sisi jiwa yang menjadi pasangan jiwamu, yang menjadikan sisi hati yang lain tak sendirian. Saling melengkapi bagai puzzle, mengerti, mendukung.

Aku disini nggak berbeda dengan lajang tanpa kekasih di penghujung umur tiga puluhan. Sama. Aku takut sampai mati aku tetap sendirian. Umurku belum dua puluh, tapi bagaimana kalau besok hari terakhir aku hidup dan aku masih mencintai lelaki yang sekarang sudah mencintai wanita lain dengan mudahnya padahal belum genap lima bulan kita berpisah? Lelaki yang kucintai sepenuh hati, yang dengan begitu saja mengabaikan aku, membutakan diri dengan seluruh pengorbananku lalu meniduri perempuan lain?

Aku bodoh? Ya! Aku bodoh. Aku cuma perempuan, yang berusaha tulus menjalani jalan mengerikan yang Tuhan berikan. Aku yang berusaha mencintai Gema dengan sepenuh hati, belajar mencintainya dari nol meski terus kembali nol dan terus berusaha kujadikan seratus, berusaha sok heroik menyembuhkan lukanya dari perempuan jahat yang menyakiti dia dengan cara tidur dengan lelaki lain dengan cintaku; karena tatapan matanya membuatku teringat sosok mama yang layu karena hal yang sama.


Aku selalu tahu rasanya begitu sakit. Dan sekarang aku merasakannya sendiri.


Aku selalu tahu Gema tak pernah membalas cintaku. Sebesar apapun yang sudah aku lakukan demi dia. Bullshit saat kita mencintai tanpa ingin terbalas. Tapi, bagaimana bisa? Bagaimana bisa ini tak merubah apa-apa? Sedikitpun? Bagaimana bisa sedikit saja aku tak bisa mendapatkan cinta Gema? Hal ini yang selalu kujeritkan pada Tuhan.


Malam ini kita berdua membicarakan tentang waktu yang dibutuhkan untuk mengerti, memahami, membaca seluruh keindahan dan keburukan dia yang kita cintai adalah seumur hidup. Atau bahkan waktu seumur hidup tak akan pernah cukup? Maka setialah.


Kutitipkan wanita itu padanya.


Dia juga menyuruhku lebih mengenal orang yang kucintai dari sekarang.


Brengsek. Bagaimana jika orang yang kucinta itu kamu? Bagaimana bisa aku lebih mengenalmu jika kamu bercinta dengan wanita lain? Bagaimana aku bisa mengenalmu lebih dekat jika kamu sendiri tak menginginkan aku?



Menyakitkan. Rasanya menusuk perih di jantung, membuatku tak bisa bernafas. Mungkin ini tak lagi membuatku ingin mati seperti biasanya. Tapi mungkin lebih parah. Aku tak berdaya. Waktu terhenti. Terhenti begitu saja. Hanya ada saat ini. Tak ada kemarin, tak ada barusan, tak ada setelahnya apalagi hari esok. Waktu terhenti total dan hanya ada aku yang terisak sendirian. Hilang rasa. Berlubang. Lubang yang perih bagai luka tertiup angin.




0 comments:

Post a Comment