Teruntuk Cantikku

Author: Rizka Sonnia Haliman / Labels:

Teruntuk Cantikku yang selalu aku rindukan.


Banyak yang memilih tidak percaya soal betapa ajaibnya persahabatan kita. Seorang perempuan berusia dua puluhan awal dengan seekor kucing kampung betina yang tiap tiga atau empat bulan sekali hamil. Tapi kamu istimewa. Bagiku kamu kucing tercantik yang pernah aku temui. Kuperhatikan sekeliling, memang kamu yang paling cantik sih. Matamu tajam. Badanmu kecil. Motifmu unik. Dan kamu, ibu yang bertanggung jawab dengan anak-anakmu.

Alasan aku sayang banget sama kamu, juga karena saat aku patah hati berat kamu yang menemani di tiap tengah malam. Dan semalam apapun aku pulang, padahal aku lihat kamu jauh di gang sebelah, saat aku membuka pintu mobil kamu sudah mengeong di depan pintu rumah.

Tapi sekarang berubah. Kamu nggak lagi kayak dulu. Aku tahu, Cantik. Kamu sebenarnya cuma salah paham aja. Aku menyelamatkan anakmu, kamu ngira aku menculik anakmu, anakmu kukembalikan, kamu malah lari. Begitu anakmu mati, kamu baru datang mencari. Dia masih terlalu kecil buat kamu tinggal. Dan waktu itu, kenapa kamu tinggalin anakmu di atap? Dia mengeong tanpa henti tiga hari tiga malam.
Aku memendam kecewa, kamu nggak pernah lagi ke rumah.



Sudah ya Cantik, kita akhiri saja semua kesalahpahaman ini. Aku kangen. Aku tetep sayang banget sama kamu. Mainlah lagi ke rumah ya... :'(

Hey, Laba-laba @spidertazmo!

Author: Rizka Sonnia Haliman / Labels:

Aku pilih kamu aja kali ya buat yang pertama 'beruntung' dapet surat cinta di event #30HariMenulisSuratCinta :p


Oh ya aku makasih banget dulu buat hari ini. Kamu yang nemenin dari pagi sampai pagi lagi dalam tawa, jengkel, kekaguman, juga berbagi definisi-definisi idealis yang mungkin nggak semua orang bisa terima.


Satu pertanyaan sisipan. Kenapa Spidertazmo? Jawabnya lewat mana aja juga boleh. Darat, laut, udara, puisi, telepati atau pos merpati juga boleh.


Perbincangan panjang pertama, tapi rasanya nggak pertama juga. Ada momen, yang mungkin kamu sendiri nggak inget tapi aku nggak akan pernah lupa. Saat aku mempertanyakan di mana batas bersabar itu dan kita bukan Tuhan yang bisa memaafkan semua kesalahan yang ada. Jawabmu simpel, jauh dari menggurui. Bahwa sabar itu bukan perihal berbatas atau tidak, tapi mau tidaknya kita bersabar sekali lagi. Di situ aku terdiam, kehabisan kata. Sesudah itu semua, setiap ada amarah yang terpecah semua sudah kupastikan dalam kendali. Less regret. Dan satu pertanyaan dalam hidup sudah terjawab.


Oh ya, sebenernya kemaren Oktober aku ke Cibubur lima hari. Kayaknya deket ya sama Bogor? Sayang banget kita nggak bisa ketemu. Teman dunia maya, bertahun-tahun berkorespondensi tapi tak pernah bersua, bertemu lewat apa pun sampai lupa.




Ah, sudah dulu ya. Sudah subuh dan sudah waktunya melanjutkan hibernasi.

Semoga kamu magabut lagi hari ini. Dan Tuhan yang balas semua kebaikan atas bersedianya kamu beri banyak tawa yang membantu pemulihan dari demam berdarah yang menyiksa.

Tetaplah idealis, tetaplah manis, tetaplah single sampai obrolan berteman kopi nantinya.




See you around in my town.