It All Ends

Author: Rizka Sonnia Haliman /




Sudah berminggu-minggu atau mungkin tanpa sadar sudah berbulan-bulan saya menanti dengan cemas kapan Harry Potter and The Deathly Hallows part 2 ini rilis di Indonesia. Selain karena film ini merupakan sekuel terakhir dari ketujuh seri petualangannya dan mungkin ini juga sesi terakhir dimana para Harry Potter mania bakal berkumpul. Seperti sebaris kata dalam poster diatas, It All Ends. Rasa-rasanya seperti datang di last concerts band idolamu. Semacam pesta perpisahan untuk sahabat terbaikmu yang akan pindah secara permanen. Sedih, tapi semua harus diakhiri.


Kemarin sempat beredar desas-desus bahwa ada kemungkinan film ini bakal batal diputar di Indonesia karena permasalahan pajak perfilman yang membuat kita semua terancam hanya menonton part 1-nya saja, mungkin adalah sekelumit berita gembira buat saya diantara hati yang berserakan karena kecewa. Jika memang batal diputar, mau nggak mau saya menonton part 2-nya di DVD. Dan itu artinya saya bisa menunda sampai kapanpun supaya petualangan ini tidak berakhir. Tidak ada farewell party.


Sungguh berat hati untuk untuk pulang seterusnya; kembali ke dunia muggle. Sudah sepuluh tahun sejak pertama kali saya terbengong-bengong, terseret hampir sepenuhnya ke dalam dunia sihir saat nonton Harry Potter and The Chamber of Secret di bioskop. Setelahnya saya memutuskan untuk pergi kesana dan mengenal lebih dekat dunia sihir, juga Harry Potter si anak-yang-bertahan-hidup dengan mengoleksi semua serinya yang saat itu baru sampai seri keempat, Harry Potter and The Goblet of Fire dengan uang jajan sendiri.


Banyak keajaiban yang saya temukan disana. Hanya dengan membuka bukunya saja, otomatis saya langsung ber-apparate ke dunia sihir dan pulang sebagai orang awam begitu bukunya tertutup. Tapi sesungguhnya, mungkin saya takkan pernah menjadi muggle biasa seperti sebelumnya. Besar arti sosok Harry Potter dan teman-temannya, begitu juga sang penulis J.K Rowling dalam hidup saya. Berkat karyanya yang luar biasa, saya menjadi seorang pecinta buku yang addicted akan bacaan dan mungkin dari sini juga yang membangkitkan minat dan ambisi untuk menjadi seorang penulis.


Jutaan orang di dunia telah mencurahkan segala apresiasinya terhadap Harry Potter. Termasuk ada satu percakapan yang saya simak di suatu film, mungkin ini juga bentuk sang sutradara menunjukkan kecintaannya pada Harry Potter dalam film karyanya. Dia membuat suatu percakapan yang berisi, "Kemungkinan J.K Rowling sebenarnya adalah seorang penyihir betulan. Karena dia mampu membuat jutaan orang di dunia 'tersihir' sehingga tak bisa berhenti membacanya sampai akhir." Hmm... Mungkin memang ada benarnya ya.

Saya pun begitu. Tak henti-hentinya saya menujukkan apresiasi saya semenjak jatuh cinta yang tidak direncanakan itu. Saya selalu datang pertama sebelum toko buku dibuka saat peluncuran buku-buku selanjutnya dan datang di hari premiere filmnya sambil bergetar menahan tangis saking antusiasnya. Berlebihan? Mungkin. Dan ini satu-satunya hal yang bisa membuat saya seperti ini di luar hal yang berbau religius.


Siapa sangka, kecintaan saya pada Harry Potter seperti sekarang ini berawal dari keantipatian. Melihat euforia-nya yang luar biasa saat film pertama diluncurkan, justru malah membuat saya tidak tertarik. Apalagi saat kakak perempuan saya pertama kali membawa kepingan CD bajakan ber-subtitle bahasa melayu dan gambarnya yang gelap. Serius, ini membuat saya makin malas ikut menonton juga. Sekali lagi rumus cinta berlaku disini. Bahwa cinta dan benci itu bedanya begitu tipis.


Berita gembira sekaligus berita sedih saat pihak lembaga sensor perfilman Indonesia menyatakan Harry Potter and The Deathly Hallows part 2 telah lulus sensor dan akan tayang sebelum puasa, yang artinya seminggu kedepan ini.


Dan mungkin memang ini saatnya "semuanya berakhir". Harry Potter sendiri juga lelah dan ingin 'istirahat' setelah teror yang terus menghantuinya seumur hidup. Hidup bahagia selayaknya, di tangan para pembaca dan para penonton. Kini keputusan ada di tangan saya untuk mengikutinya sampai akhir. Tapi satu yang saya yakin, bahwa apresiasi dan kecintaan saya terhadap Harry Potter tidak ikut berakhir sampai kapanpun. Salut untuk Joanne K. Rowling.